Kita pernah berjalan sendiri, mendatangi tempat demi tempat yang kita inginkan , menikmati perjalanannya dengan cara kita sendiri. Menyenangkan. Bukan tentang sendiri atau berdua, tapi bagaimana syahdu dan mesranya semesta mengajak kita berbicara berdua saja dan menerjemahkan banyak bahasanya.
Tak ada yang tak istimewa, dari perjalanan dan tempat yang pernah aku dan kamu tempuh, jauh sebelum adanya kita. Bahkan terkadang, ada bagian dari tempat yang kita singgahi sudah lebih dulu meninggalkan jenis kenangan yang hanya kamu saja yang tahu judulnya, dan hanya aku yang tahu judulnya. Tak pernah ada yang salah dari kenangan, bagaimana kita akan belajar dan berdiri jika kita tak menemukan itu dulu sampai pada akhirnya semesta menyatukan kita.
Lalu membiarkannya tak ada, lenyap oleh waktu, setelah semua kita sudahi, dan semua kini tentang kita saja.
Namun kali ini, aku tak akan berbicara tentang seberapa menyenangkan sebuah perjalanan yang sudah pernah aku lewati sendirian, atau warna apa yang akan aku beri tentang cerita lalu. Sebab, setelah kamu memilihku dan hatiki berkata “iya” atas kedatanganmu, yang aku tahu tempat pertama kali yang mempertemukan kita pada satu meja, dua kursi, satu topik pembicaraan, lalu saling menukar isi kepala masing-masing, ialah jejak yang sudah menjadi tanda “selamat datang” aku sudah mempersilahkan kamu tinggal. Jaga dan jangan lepaskan, ia yang mampu membuatmu lupa, bahwa luka pernah ada.
Tak pernah ada yang tergesa-gesa, tak pernah ada yang direka-reka. Kamu yang tiba-tiba datang, lalu kita jatuh cinta begitu saja. Kamu mengetuk pintu lembut, dan aku menpersilahkan masuk. Setelah itu aku dan kamu mengerti, kita tak lagi harus berjalan sendirian mengikuti banyak keinginan hati kita atas ketertarikan dengan banyak tempat dan banyak jenis perjalanan.
Ah, terima kasih. Aku siap mengulang lagi dan lagi kebahagiaan ini. Mengingat berkali-kali mana yang pernah kita datangi, apa yang pernah kita lahirkan, yang pasti setiap tempat yang kita pijak akan selalu meninggalkan jejak. Pagi, siang, dan malam, bahkan senja dan langit yang amat kita suka pun tahu, bagaimana debar demi debar tak berhenti memberi kabar, di luar sana aku telah melihat banyak hal menakjubkan yang Tuhan ciptakan dengan cinta, yang manusia hasilkan. Tapi kamu, adalah salah satu pemandangan indah ciptaan Tuhan berwujud laki-laki yang aku kagumi dan tak akan pernah selesai aku tuliskan.
Semoga Tuhan sedang jatuh cinta, ketika menuliskan cerita kita.
Jadi, mari memperbanyak jejak. Aku dan kamu, dalam ribuan kelak.

Tak ada yang tak istimewa, dari perjalanan dan tempat yang pernah aku dan kamu tempuh, jauh sebelum adanya kita. Bahkan terkadang, ada bagian dari tempat yang kita singgahi sudah lebih dulu meninggalkan jenis kenangan yang hanya kamu saja yang tahu judulnya, dan hanya aku yang tahu judulnya. Tak pernah ada yang salah dari kenangan, bagaimana kita akan belajar dan berdiri jika kita tak menemukan itu dulu sampai pada akhirnya semesta menyatukan kita.
Lalu membiarkannya tak ada, lenyap oleh waktu, setelah semua kita sudahi, dan semua kini tentang kita saja.
Namun kali ini, aku tak akan berbicara tentang seberapa menyenangkan sebuah perjalanan yang sudah pernah aku lewati sendirian, atau warna apa yang akan aku beri tentang cerita lalu. Sebab, setelah kamu memilihku dan hatiki berkata “iya” atas kedatanganmu, yang aku tahu tempat pertama kali yang mempertemukan kita pada satu meja, dua kursi, satu topik pembicaraan, lalu saling menukar isi kepala masing-masing, ialah jejak yang sudah menjadi tanda “selamat datang” aku sudah mempersilahkan kamu tinggal. Jaga dan jangan lepaskan, ia yang mampu membuatmu lupa, bahwa luka pernah ada.
Tak pernah ada yang tergesa-gesa, tak pernah ada yang direka-reka. Kamu yang tiba-tiba datang, lalu kita jatuh cinta begitu saja. Kamu mengetuk pintu lembut, dan aku menpersilahkan masuk. Setelah itu aku dan kamu mengerti, kita tak lagi harus berjalan sendirian mengikuti banyak keinginan hati kita atas ketertarikan dengan banyak tempat dan banyak jenis perjalanan.
Ah, terima kasih. Aku siap mengulang lagi dan lagi kebahagiaan ini. Mengingat berkali-kali mana yang pernah kita datangi, apa yang pernah kita lahirkan, yang pasti setiap tempat yang kita pijak akan selalu meninggalkan jejak. Pagi, siang, dan malam, bahkan senja dan langit yang amat kita suka pun tahu, bagaimana debar demi debar tak berhenti memberi kabar, di luar sana aku telah melihat banyak hal menakjubkan yang Tuhan ciptakan dengan cinta, yang manusia hasilkan. Tapi kamu, adalah salah satu pemandangan indah ciptaan Tuhan berwujud laki-laki yang aku kagumi dan tak akan pernah selesai aku tuliskan.
Semoga Tuhan sedang jatuh cinta, ketika menuliskan cerita kita.
Jadi, mari memperbanyak jejak. Aku dan kamu, dalam ribuan kelak.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar